Dalam tasawuf, kita dianjurkan untuk memiliki dan menyuburkan sifat-sifat mahmudah (terpuji) seperti ikhlas, adil, sabar, pemurah, zuhud (tidak terikat dengan dunia), berani, rendah hati, wara’ (menjauhi maksiat), dan lain-lain sifat batiniah. Juga untuk membuang sifat-sifat mazmumah (keji) seperti sombong, mementingkan diri sendiri, pemarah, pendendam, kikir, tamak, penakut (pada selain ALLAH), cinta dunia, riya’ (pamer), dan banyak lagi. Dari situ tentu kita dapat memastikan bahwa inilah ajaran Nabi kita SAW. Jika kita membaca riwayat kehidupan Rasulullah SAW memang seperti itulah akhlak beliau dan para sahabat ra. Jika ada kesamaan pada ajaran agama lain tidak berarti bahwa tasawuf berasal dari agama tersebut; karena seshungguhnya fitrah manusia menyukai sifat-sifat mahmudah dan membenci sifat-sifat mazmumah, tentu wajar jika hal ini diajarkan juga oleh agama selain Islam.
Istilah tasawuf sendiri belum ada di zaman Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW masih hidup, beliau mengajarkan Islam kepada para Sahabat secara satu kesatuan. Meskipun sudah ada pembagian ilmu berdasar Iman, Islam, dan Ihsan, tetapi Rasulullah mengajarkan ketiganya sekaligus. Hal ini sangat efektif karena Rasul saat itu masih hidup sehingga menjadi contoh langsung terhadap ilmu Al Qur’an. Para sahabat pun adalah orang-orang terpilih yang langsung paham apa yang dimaksud oleh Rasulullah SAW. Seandainya mereka tidak faham mereka dapat bertanya langsung kepada Rasulullah SAW dan mendapat jawaban langsung dari Rasulullah SAW.
Sepeninggal Rasulullah dan para Sahabatnya, setelah Islam berkembang, ilmu-ilmu islam pun mengalami perkembangan yang hebat juga. Jika tadinya yhanya iman, islam dan ihsan, mulailah muncul imlu-ilmu baru seperti ilmu tafsir, nahu sharaf, musthalah hadis, ushul fiqih dan lain-lain. Umat Islam pun terdiri dari berbagai macam bangsa dan berbagai bahasa. Untuk memudahkan dalam mempelajari Islam, para ulama Islam membagi ilmu-ilmu dengan memberinya istilah baru seperti aqidah untuk iman, fiqih untuk Islam, dan tasawuf untuk ihsan. Dalam mempelajari ilmu Islam dibolehkan secara terpisah seperti ini, tetapi dalam pengamalannya wajib serentak antara iman (aqidah), islam (fiqih) dan ihsan (tasawuf). Dari Ihsan atau tasawuf inilah akan melahirkan akhlak yang mulia. www.tasawufislam.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar