Minggu, 29 Maret 2009

Perbedaan Sufi Dengan Sofa

Perbedaan Sufi Dengan Sofa

Oleh: Drs. P.M. Gunawan Nst

(Dosen Ilmu Tasawuf Di Stit-Musi)

www.tasawufislam.blogspot.com : Ada segelintir orang berkata bahwa asal kata sufi berasal dari kata sofa, kemungkinan besar orang itu adalah peramal dan bukan sufi, mereka hanya menduga-duga saja, bagai dukun meramal sesuatu yang belum tentu kebenarannya, namun banyak juga orang yang percaya terhadap mereka, sebab sama tingkat ketidak tahuannya terhadap asal kata sufi yang sesungguhnya. Seorang sufi tidak akan berkata bahwa asal kata sufi dari kata sofa, sebab sangat jauh berbeda pengertian sufi dengan pengertian sofa, asal katanya juga berbeda, mari kita telusuri.

Sofa berasal dari bahasa Indonesia yang diperuntukkan kepada tempat tidur. Kata ini hanya cocok untuk orang-orang yang aspemo (asal peak, modom), rajin mengantuk, jarang bangun tengah malam untuk tahajjud kepada Allah dan hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang sedang mengalami ngantuk, setiap mengantuk tentulah teringat pada sofa.

Sufi bukanlah orang yang dekat kepada para sofa, bahkan sufi amat sedikit tidur di sofa. Sufi lebih cenderung bangun di tengah kegelapan malam, di kala hening, sepi, senyap, dikala dunia sedang terlelap di sofanya masing-masing, guna tahajjud, munajat, zikir, berdoa’a, mengadukan halnya kepada Allah, curhat kepada Allah, karena rindunya kepada Allah, karena cintanya kepada Allah, ingin selalu berdua-dua dengan Allah, ni’mat terasa tatkala bertemu dengan sang kekasih yang dirindu, hilang semua resah, lenyap semua gelisah dan ingin bersama-lama berada di hadapanNya guna berbincang-bincang tentang segala hal, berdiskusi sebagaimana layaknya guru dengan murid, tiada ingin hati jauh dariNya. Dikala itu tiada teringat sofa, yang tersebut dalam hati hanya Allaaahu Yaa Allaaah, Allaaahu Yaa Allaaah, Allaaahu Yaa Allaaah ……. trus dan truuus hingga tiada tampak jasad diri sendiri dalam hati, nan tampak hanya Nurullah penuh kilau penyejuk hati. Tiada terdengar suara apapun, kecuali suara ucap desis nurani yang selalu mengucap Allaaahu Yaa Allaaah, seolah jagat raya semesta semuanya mengucap hal yang sama mengiring ucapan nurani ini: Allaaahu Yaa Allaaah. Oh betapa ni’matnya bertemu sang kekasih yang amat dirindu, walau awalnya tiada tampak ZatNya, namun tampak NurNya, Mu’jizatNya, KaromahNya, KuasaNya, tiada hijab diantaranya, semuanya serba terbuka, tampak jelas, tiada tersembunyi, tiada dinding yang dapat membatasi, lebih tembus dari teropong tembus, tampak semuanya dan semuanya itu menambah ketakjuban hati kepada Allah Zat Yang Maha dirindukan oleh setiap kaum sufi kapanpun dan dimanapun kaum sufi berada. Sang sufi bertemu dengan Zat yang dirindukannya tanpa kemasukan, sebab Zat yang dirindukan hanyalah Allah, jika kemasukan, itu bukan Allah, tetapi makhluk-makhluk usil pengganggu.

Oleh sebab itu sangat berbedalah pengertian sufi dengan sofa, untuk itu batallah perkataan tentang asal kata sufi dari kata sofa. Sufi bukan sofa dan sofa bukanlah sufi. Sufi berasal dari bahasa Arab yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah penyucian diri menurut tuntunan Allah (baik tertulis, tersurat, tersirat, maupun ilham wal hidayatullah) dan Rasulullah (Al-Hadits shohih). www.tasawufislam.blogspot.com.

Sumber:

MAS GUN CENTRE

http://www.masgunku.wordpress.com

1 komentar: