Minggu, 13 Juni 2010

Al-Muhasibi

Tasawuf Islam dari Putra Jagat Online: Saat ini kita coba mengumpulkan info tentang salah seorang Sufi Tasawuf Akhlaqi yang bernama Al-Muhasibi dari berbagai sumber penulis terdahulu yang ikhlash memberikan infonya kepada kita sebagai bahan kajian, setidaknya sebagai bahan study banding diri untuk peningkatan kualitas kesufian kita kepada Allah, mari kita simak tulisan berikut ini:

Biografi Singkat Al-Muhasibi

Al-Muhasibi bernama lengkap Abu Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-Baghdadi Al-Muhasibi, namun beliau lebih dikenal dengan nama Al-Muhasibi. Beliau dilahirkan di Bashrah, Irak, pada tahun 165 H/781 M. dan wafat di Bashrah (Irak) pada tahun 243 H/857 M.

Pandangan Tasawuf Al-Muhasibi

Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi (w.243 H) menempuh jalan tasawuf karena hendak keluar dari keraguan yang dihadapinya. Tatkala mengamati madzhab-madzhab yang dianut umat islam. Al-muhasibi menemukan kelompok didalamnya. Diantara mereka ada sekelompok orang yang tahu benar tentang keakhiratan, anmun jumlah mereka sangat sedikit. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang mencari ilmu karena kesombongan dan motivasi keduniaan. Diantara mereka terdapat pula orang-orang terkesan sedang melakukan ibadah karenaAllah,tetapi sesunguhnya tidak demikian.

Al-Muhasibi memandang bahwa jalan keselamatan hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan kepada Allah, melaksanakan kewajiban-kewajiban, wara’, dan meneladani Rasulallah. Menurut Al-Muhasibi, tatkala sudah melaksanakan hal-hal diatas, maka seorang akan diberi petunjuk oleh Allah berupa penyatuan antara fiqh dan tasawuf. Ia akan meneladani Rasulallah dan lebih mementingkan akhirat dari pada dunia.

1. Pandangan Al-Muhasibi tentang ma’rifat
Al-Muhasibi berbicara pula tentang ma’rifat. Ia pun menulis sebuah buku tentangnya, namun, dikabarkan bahwa ia tidak diketahui alasannya kemudian membakarnya. Ia sangat berhati-hati dalam menjelaskan batasa-batasan agama,dan tidak mendalami pengertian batin agama yang dapat mengaburkan pengertian lahirnya dan menyebabkan keraguan. Inilah yanfg mendasarinya untuk memuji sekelompok sufi yang tidak berlebih-lebihan dalam menyelami pengertian batin agama. Dalam konteks ini pula ia menuturkan sebuah hasits Nabi yang berbunyi, “ pikirkanlah makhluk-makhluk Allah dan jangan coba-coba memikirkan Dzat Allah sebab kalian akan tersesat karenanya.” Berdasarkan hadits diatas dan hadis-hadis senada, Al-Muhasibi mengatakan bahwa ma’rifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan pada kitab dan sunnah. Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan ma’rifat sebagai berikut:
  • Taat, awal dari kecintaan kepada Allah adalah taat, yaitu wujud kongkrit ketaatan hamba kepada Allah. Kecintaan kepada Allah hanya dapat dibuktikan dengan jalan ketaatan, bukan sekedar pengungkapan kecintaan semata sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang. Mengekspresikan kecintaan kepada Allah hanya dengan ungkapan-ungkapan, tanpa pengamalan merupakan kepalsuan samat. Diantara implementasi kecintaan kepada Allah adalah memenuhi hati dengan sinar. Kemudian sinar ini melimpah pada lidah dan anggota tubuh yang lain.
  • Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati merupakan tahap ma’rifat selanjutnya.
  • Pada tahap ketiga ini Allah menyingkapkan khazanah-khazanah keilmuan dan kegaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua tahap diatas. Ia akan menyaksikan berbagai rahasia yang selama ini disimpan Allah.
  • Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dan fana’ yang menyebabkan baqa’.

2. Pandangan Al-Muhasibi tentang Khauf dan Raja’
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Ia memasukkan kedua sifat itu dengan etika-etika, keagamaan lainnya.yakni, ketika disifati dengan khauf dan raja’, seseorang secara bersamaan disifati pula oleh sifat-sifat lainnya. Pangkal wara’ , menurutnya, adalah ketakwaan pangkal ketakwaan adalah introspeksi diri (musabat al-nafs) ; pangkal introspeksi diri adalah khauf dan raja’, pangkal khauf dan raja’ adalah pengetahuan tentanga janji dan ancaman Allah; pangakal pengetahuan tentang keduanya adalah perenungan.

Khauf dan raja’, menurut Al-Muhasibi, dapat dilakukan dengan sempurna bila berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Dalam hal ini, ia mengaitkan kedua sifat itu dikaitkan dengan ibadah dan janji serta ancaman Allah.Untuk itu, ia menganggap apa yang diungkapkan ibnu Sina dan Rabi’ah al-‘adawiyyah sebagai jenis fana atau kecintaan kepada Allah yang berlebih lebihan dan keluar dari garis yang telah di jelaskan Islam sendiri serta bertentangan dengan apa yang diyakini para sufi dari kalangan ahlusunnah, Al-muhasibi lebih lanjut mengatakan bahwa Al-quran jelas berbicara tentang pembalasan (pahala) dan siksaan.Ajakan ajakan Al-quran pun sesungguhnya dibangun atas dasar targhib (suggesti) dan tarhib (ancaman). Al-quran jelas pula berbicara tentang surga dan neraka.

atinya; 15. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air,
16. Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.
17. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.
18. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
Raja’, dalam pandangan Al-Muhasibi, seharusnya melahirkan amal shaleh. Seseorang yang telah melakukan amal saleh, berhak mengharap pahala dari allah. Dan inilah yang dilakukan oleh mukmin yang sejati dan para sahabat Nabi.

Wejangan-Wejangan Al-Muhasibi

Apabila motivasi dalam mengajari dan membantu orang adalah ridha Allah semata, pahala pasti didapat. Tetapi jika motivasinya adalah hasrat untuk dihormati, dikagumi, dipuji dan diberi keuntungan duniawi, jangan lakukan kebaikan itu hingga motivasi anda berubah, sebab apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.s. Al Qoshosh : 60).

Kalau hati kacau karena kedua motivacsi silih berganti mengisi relung hati, jangan memaksakan diri hingga motivasi anda benar-benar mengharapkan ridha Allah Swt.

Kalau anda melakukan ibadah ritual atau ibadah social dengan ikhlas, lalu ada orang yang melihat hingga timbul semangat untuk meningkatkan kualitas ibadah, ada dua kemungkinan :
1. Kalau motivasi peningkatan kualitas adalah ria, and aria.
2. Kalau motivasinya ikhlas, anda pengikhlas sejati.

Apabila anda ragu dan tidak tahu sedang ria atau masih ikhlas, perbaharuilah niat anda dengan keikhlasan! Meskipun tidak memperbaharui niat, ibadah tetap sah, karena anda yakin akan ikhlas dan ragu akan ria.

Ikhlas dan ria pada hakikatnya adalah hasrat yang membonceng keinginan beribadah. Keinginan beribadah adalah hasrat melaksanakan perintah. Ikhlas adalah mendambakan pahala Allah Swt semata dan tidak peduli dengan keadaan duniawi. Ria adalah ambisi mendapatkan pujian, kehormatan dan tujuan-tujuan lain dalam beribadah.

Ada orang yang tidak tenang karena dipuji orang atas ibadah yang dilakukannya. Jalan keluarnya adalah mencermati jiwa. Kalau jiwanya tidak suka dan hatinya gelisah ketika dicela, dihina dan dilecehkan masyarakat, jelas ia telah ria. Sebaliknya, jika sikap masyarakat tidak mempengaruhi kalbunya, ia ikhlas. Mungkin pada awalnya ia ria dan senang dipuji, tetapi kemudian terlintas kesadaran untuk mengabaikan pujian, masih bisa dikategorikan ikhlas.

Kisah Dialogh Al-Muhasibi Dengan Gurunya
Imam Syekh al-Muhasibi bertanya pada gurunya Syekh Abu Ja'far Muhammad ibn Musa, Wahai Syekh Abu Ja'far, apa yg pertama harus kulakukan untuk sampai kepada Allah?
Dia menjawab, "Kembali kpd Allah, sebagaimana yg telah dikehendaki-Nya"

Syekh al-Muhasibi bertanya lagi, "Apa makna kembali kpd Allah?"
Dia menjawab, "Bertobat wahai anakku, sebagaimana yg dijelaskan Sa'id ibn Jubair ketika menjelaskan firman Allah, "Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (QS. al-Isro' : 25).

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apamakna Tobat?"
Gurunya menjawab, "Tobat adl menyesali perbuatan buruk (dosa) yg telah dilakukan, meneguhkan hati utk tdk melakukannya lagi, dan menjauhi setiap hal yg mendorong pd perbuatan itu, Allah berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Al-Imron : 135).

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa yg harus dilakukan oleh orang yg bertobat?"Gurunya menjawab, "Meninggalkan semua perbuatan dosa, memalingkan hati dari hasrat berbuat dosa, meninggalkan sikap munafik demi keuntungan pribadi, menghindari perselisihan dan mengikuti pendapat yg benar meskipun harus rela berkorban, mengembalikan hak2 orang yg telah diambilnya secara dzolim, dan menunaikan semua kewajibannya baik kpd Allah maupun kpd manusia, Allah SWT berfirman, "kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqoroh : 160).

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Lalu apa yg harus dilakukan setelah itu?"
Gurunya menjawab, "Memperbaiki makanannya (harus makan makanan yg jelas2 halal) karena makanan dpt mempengaruhi tingkah laku. Fungsi makanan seperti akal (baca: hati) yg menggerakkan aktivitas raga. Jika akal seseorang baik, maka baik pula seluruh aktivitas raganya. Makanan yg baik (halal dan berkah) akan memudahkan seseorang mengerjakan perbuatan2 yg layak dilakukan oleh orang2 yg taat kpd Allah".

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Lalu apa yg harus dilakukan setelah itu?"
Gurunya menjawab, "Menyesali apa yg telah diperbuat dan memperbaiki apa yg akan dilakukan, beristighfar dg lisan atas dosa2 yg telah lalu dan menghilangkan sama sekali keinginan berbuat dosa, berketetapan hati utk tdk kembali lagi pd perbuatan yg haram, dan menyesali perbuatan dosa yg telah dikerjakan sambil memohon kpd Allah dg sungguh2. Jika hal itu terus-menerus dilakukan, sangat mungkin Allah akan menerima tobatnya".

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa yg menggerakkan seorang hamba utk bertobat? Kapan hatiku ini merasa mantap bahwa tobat diwajibkan atasku? Dan kpn aku merasa takut bhw tobat akan terlewatkan dariku?
Gurunya menjawab, "Dg mengenali Allah, seorang hamba akan segera mengetahui kewajiban bertobat, setelah ia melakukan dosa, Allah SWT berfirman, "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur : 31) dan firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)" (QS. At-Tahrim : 8).
Guru Syekh al-Muhasibi (Syekh Abu Ja'far) melanjutkan fatwanya, "Wahai Pemuda, barang siapa yg tdk mengenal Allah, dia tdk akan mampu mengambil pelajaran kebijaksanaan. Tidakkah kamu mendengar Firman Allah, "dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. al-Hujurot : 11). Maka,sesungguhnya Allah telah mewajibkan tobat kepadamu, dan Dia juga mengaitkan kamu dg kedzoliman, jika kamu tdk meninggalkannya. Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba mewajibkan atas dirinya bertobat dan menakut-nakuti dirinya dg siksa Allah, jika meninggalkan tobat.

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa yg menguatkanku kewajiban bertobat ini?"
Gurunya menjawab, "Hendaknya hati senantiasa mengetahui bahwa ajal itu sangat dekat dan datangnya kematian adl secara tiba2. Hati juga dilatih utk khawatir terhadap harapan ampunan Allah yg belum tentu dikabulkan, dan membiasakan diri utk takut akan adzab Allah yg segera menimpanya, jika ia terus-menerus mengerjakan perbuatan dosa. "Luqman Hakim memberi nasihat kpd anaknya, "Wahai anakku, janganlah kamu menunda tobat, krn sesungguhnya datangnya kematian adl secara tiba-tiba". "Yg dpt menguatkan tekadmu utk bertobat ada 3 perkara, yaitu:
1. mengingat dosa yg lalu dg mengurangi makan dan minum (rajin berpuasa).
2. berupaya sekuat tenaga utk melaksanakan kemauan tobat sambil terus-menerus mengingat mati.
3. berpegang pd 2 perkara di atas dan tdk melupakan keduanya sehingga memudahkanmu utk mengingat mati, dosa dan tobat".

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa yg menggerakkan seseorang utk bertobat dan bangkit dari kelengahan?
Gurunya menjawab, "Hendaklah dia senantiasa berada dlm keadaan takut akan siksa Allah (neraka) dan mengharapkan apa yg dijanjikan-Nya (surga). Sebab Allah SWT menyerukan kpd hamba2Nya utk meraih janji-Nya dan menjauhi ancaman-Nya. Allah SWT. menakut-nakuti mereka dg siksaan yg pedih, dan memotivasi mereka dg kerinduan memperoleh surga yg dijanjikan. Inilah yg menggerakkan hati seorang hamba utk bertobat. Dia juga mengimbau mereka utk selalu memperbaiki akhlaknya dan keutamaan dirinya."
Imam Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa tanda ketulusan dlm tobatnya seseorang?" Gurunya menjawab, Selalu bersedih atas umur yg telah dihabiskan utk kesia-siaan dan permainan; selalu khawatir, apakah tobatnya diterima apa tidak; Merasa kurang atas ibadah yg telah dipersembahkan kpd Allah dlm keadaan bersedih hati; Terus bersungguh-sungguh dlm mengerjakan amal soleh sambil merasa takut, jika tobatnya tdk diterima, Bersegera menuju ampunan Allah sambil merasa takut akan bujukan nafsu dan kenikmatan semu perbuatan dosa sehingga bumi menjadi sempit baginya, meskipun (sebenarnya) luas, Mengetahui bhw tdk ada tempat lari dari (siksa) Allah krn semua tempat adl milik-Nya. Allah SWT berfirman, "dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. At-Taubah : 118) ". Inilah kriteria orang yg bertobat dg ketulusan jiwanya".

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Adakah yg lain selain itu semua?"
Gurunya menjawab, "Ya. Orang yg bertobat harus memahami bahwa Tobat adl anugerah Allah SWT. Keinginan utk bertobat merupakan hidayah dan taufik-Nya, sehingga hati akan teguh melakukan amal saleh karena Allah. Anugerah yg ada dlm Tobat berasal dari ruh makrifat-Nya".

Syekh al-Muhasibi bertanya, "Jika telah sampai derajat ini, apakah orang yg bertobat masih diharuskan melakukan sesuatu?" Gurunya menjawab, "Ya, dia harus melakukan sesuatu yg tdk boleh ditinggalkannya, yaitu bersyukur kpd Allah atas anugerah tobat itu. Ini adalah suatu karunia utama Allah yg dianugerahkan kepadanya".
Imam masuk ke bab dua setelah materi "Tobat" adalah materi "Kelemahan Jiwa (Fitrah)"
Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa yg terjadi setelah tobat?". Gurunya menjawab, "Kembali kpd perbuatan dosa yg sama karena kelemahan jiwa untuk menjauhinya (fatrah)". Syekh al-Muhasibi bertanya, "Wahai Syaikh, bagaimana permulaan terjadinya kelemahan jiwa itu?" Gurunya menjawab, "Dorongan2 nafsu dan syahwat muncul dlm diri seseorang. Lalu, dorongan2 itu mendapat sambutan dari dlm jiwanya. Kemudian, jiwa itu merasa nyaman dlm keadaan lemah (fatrah), dan akhirnya iapun meninggalkan ketekunan dan kerja keras dlm menghindari perbuatan dosaSyekh al-Muhasibi bertanya, "Bagaimana kelemahan jiwa bisa menjadi kuat?" Gurunya menjawab, "Dari sedikitnya pengetahuan tentang manfaat tobat dan sikap meremehkan anugerah besar (hidayah tobat) yg Allah berikan kepadanya. Syekh al-Muhasibi bertanya, "Dari mana seseorang mendpt kelemahan seperti ini?" Gurunya menjawab, "Dari percampuran hati dg berbagai kesenangan dunia dan keseringan mengerjakan yg ringan (rukhsoh). Pada saat itu dia cenderung pd kelemahan jiwa (fatrah) dan kelalaian bertobat, sehingga menjadi tawanan hawa nafsunya." Syekh al-Muhasibi bertanya, "Apa tanda fatrah itu? dan apakah hati dpt mengenalinya?"
Gurunya menjawab, "Ya, wahai Pemuda, permulaan fatrah adl kemalasan. Jika ada penjagaan yg kuat, lenyaplah kemalasan itu. jika tdk, kemalasan akan terus meningkat dan timbullah hasrat utk melakukan perbuatan dosa. jika rasa takutnya menguat, ia akan menjadi penghalang bg dirinya agar tdk kembali pd perbuatan dosa. akan tetapi jika tdk, hasrat kembali utk melakukan perbuatan dosa akan bertambah kuat, dan dia akan lari dari ketaatan, kecuali jika niat yg kuat utk kembali kpd ketaatan masih ada dlm hatinya. jika tidak, ia akan menjadi orang yg sesat. Dan kita memohon perlindungan kpd Allah dari hal semacam itu." "Jika telah tersesat, dia keluar dari rasa takut (kpd Allah) dan masuk ke dlm rasa aman yg menghanyutkan. lalu, perbuatan dosanya akan meluas hingga ke tempat2 yg membinasakan orang byk. Pada saat itu tersingkaplah tirai keadilan Ilahi krn Dia membeberkan kejelekannya di hadapan semua orang. Hal yg demikian ini terjadi disebabkan oleh sedikitnya introspeksi diri (muhasabah)".
Imam masuk ke bab 3 kitab "al-Qosdu wa al-Rujuu ilaa Allah" yaitu bab muhasabah (Instrospeksi Diri) Syekh al-Muhasibi, "apa makna muhasabah (instropeksi diri) ?" Gurunya menjawab, "Akal selalu menjaga nafsu dari pengkhianatannya, mengetahui kekurangan diri, dan menilai baik buruknya perbuatan yg telah dikerjakan" Syekh al-Muhasibi berkata, "Jelaskanlah kpdku mengenai muhasabah ini secara detail?" Gurunya menjawab, "Hadapkanlah semua perbuatan yg telah kamu lakukan di hadapanmu. lalu kamu bertanya, 'mengapa aku harus melakukan ini ?' atau katakan kpd dirimu 'siapakah aku yg melakukan perbuatan ini ?' maka, jika perbuatan itu karena Allah, teruskanlah perbuatan itu. akan tetapi, jika karena selain-Nya, cegahlah perbuatan itu. celalah dirimu krn ia telah mengikuti dorongan hawa nafsu dan hukumlah ia atas perbuatan itu, dg demikian kamu akan mengetahui keburukan akalmu dan kamu harus menilai kebodohannya. kamu jg telah mengetahui bhw nafsu adl musuhmu krn ia telah menggelincirkanmu dlm dosa dan telah mengajakmu utk memutuskan hubungan dg Penciptamu". Syekh al-Muhasibi : "Dari mana sumber muhasabah itu ?" Gurunya : "Dari takut akan kekurangan, buruknya kerugian, dan keinginan utk mendapat kelebihan di dlm keuntungan. teman sejati akan mempertimbangkan kpd siapa dia bergaul krn khawatir mendapatkan kerugian. dia berharap mendptkan keuntungan yg berlimpah dari dagangannya. Hal ini seperti yg ditanyakan oleh Nabi Yunus as. kpd salah seorang perempuan ahli ibadah, "Dengan apa kamu mendapatkan kelebihan ?" Perempuan ahli ibadah itu menjawab, "Dg mencari Tuhan dan muhasabah". Syekh al-Muhasibi : Apa makna ucapan Umar bin Khottob "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab ?" Gurunya : Instropeksi diri dan mempertimbangkan segala hal yg dpt menjerumuskan jiwa dlm kebathilan, walaupun hanya seberat biji sawi" Syekh al-Muhasibi : "Apakah buah dari muhasabah (instropeksi diri) itu ?" Gurunya : "Bertambahnya kepandaian dan kecerdasan dlm memberikan argumentasi. dg instropeksi pengetahuan seseorang akan bertambah luas. dan ini bergantung pd kecakapan hati dlm mengevaluasi diri". Syekh al-Muhasibi: "Apa yg dpt menguatkan seorang hamba utk melakukan muhasabah?" Gurunya: "Dg tiga hal, pertama, memutuskan sgl hubungan yg dpt menyibukkan dirinya dari kemauan kuat melakukan muhasabah. sebab orang yg ingin menghitung hutangnya, dia harus mengosongkan hatinya dari setiap kesibukan. Kedua, menyendiri dlm muhasabah sehingga dia khawatir tdk mencapai apa yg diharapkan dari muhasabah itu, dan Ketiga, takut kpd Allah SWT. yg akan menanyai perbuatannya yg melampaui batas. Nabi saw. bersabda, "Hendaklah seorang mukmin memerhatikan saat2 ketika menghisab dirinya (HR. Abu Ya'la dan al-Bazzar dari Abu Hurairah)". Syekh al-Muhasibi : Dlm muhasabah, mengapa hati dpt dikalahkan?" Gurunya : "Krn hswa nafsu dan syahwat mampu menguasainya. Hawa nafsu dan syahwat adl lawan kearifan, ilmu dan kebenaran. akibatnya, hati dikalahkan dan dibutakan dari kearifan". Syekh al-Muhasibi : beritahukanlah kepadaku tentang hawa nafsu yg dpt menghalangi hati dari muhasabah ?" Gurunya : "hawa nafsu yg selalu bergantung pd syahwat dan cenderung pd kesenangan. hawa nafsu ini mempunyai kemampuan melemahkan jiwa dan menguasai hati sehingga mengikuti ajakannya". Syekh al-Muhasibi : "Bagaimana caranya aku menghukum nafsuku atas dosa yg dilakukannya?" Gurunya : "Pisahkanlah antara ia dan kesukaannya; ambillah cambuk utk menakutinya; lakukanlah pengawasan secara terus-menerus setiap gerakannya; kurangilah makanannya; biarkanlah ia dlm kehausan; sibukkanlah ia dg kerja keras; tahanlah amarahnya dg ancaman yg memberinya pelajaran. Dg semua itu, kamu dpt menundukkan kekuatannya dlm melemahkan jiwa dan penguasaannya terhadap hati. Wahai Pemuda, ketahuilah, pd saat itu nafsumu menjadi hina, ia akan tunduk kepadamu setelah kekuatannya lenyap, dan kekuasaannya hilang. dan, ia akan menempuh jalan yg lurus dan konsisten menapakinya (istiqomah) menuju Penciptanya. hanya kpd Allahlah kita memohon pertolongan (taufiq)".
Syekh al-Muhasibi : Wahai Syekh, anda telah menerangkan kpdku tentang melawan hawa nafsu, faktor apakah yg dpt menguatkan seorang hamba utk mengusir musuh2 jiwa, hawa nafsu dan setan?" Gurunya : "Faktor utama yg paling kuat adl kesadaran seorang hamba tentang kewajiban yg telah ditetapkan Allah kpdnya, yaitu senantiasa memerangi hawa nafsu. Allah SWT. berfirman, "Sesungguhnya setan adl musuh bagimu, maka anggaplah dia musuh (QS. Fathir : 6) dan firman-Nya, "Barang siapa yg mengikuti langkah2 setan, sesungguhnya setan hanya menyuruh perbuatan yg keji dan mungkar (QS. Nur : 21).

Kedua ayat tsb adl argumentasi yg dpt meneguhkan seseorang dlm memerangi musuh2nya. Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan hamba2nya utk memusuhi setan. dan Dia juga memerintahkan mereka utk memeranginya. inilah faktor yg menguatkanmu melawan musuhmu. jika kamu lengah, musuhmu akan mengalahkanmu dan menghalangimu beribadah kepada-Nya. Bukankah kamu tahu bhw Allah telah mewajibkan kamu utk melawan musuhmu dan memerintahkanmu utk memeranginya? maka, jika kamu telah mengetahuinya, jiwamu akan teguh melawannya, kemarahanmu akan melemahkan mentalnya, dan perhatianmu dlm mengendalikan nafsumu akan membantu mengalahkannya. Akan tetapi, ingatlah bhw musuhmu selalu memperbesar peluang utk menjatuhkanmu. dia akan terus menggodamu sehingga dpt mengalahkanmu. pd saat itu, kamu khawatir akan kemenangannya dlm menggodamu dan mengajakmu pd kemaksiatan yg dipicu oleh nafsumu. baik kamu sadari atau tidak, dia akan berusaha utk menghancurkanmu, menjatuhkan martabatmu di hadapan Tuhanmu, memburukkan citramu, menghilangkan keyakinanmu, dan melemahkan ketulusanmu utk melawannya."

Syekh al-Muhasibi : "Jelaskanlah kepadaku perbuatan apa yg dpt menolongku utk melawan dan menolak godaannya?" Gurunya : "Pahamilah dan bedakanlah antara dua seruan, yaitu seruan yg berasal dari Allah, dan seruan dari iblis, kemudian, perhatikanlah baik2, seruan manakah di antara kedua seruan itu yg lebih utama kamu penuhi. apakah yg lebih layak kamu penuhi adl seruan yg mengajakmu pd kebinasaan, kerugian sepanjang hidupmu, dan kefakiran yg membuatmu takut mengahadapinya ? ataukah yg lebih layak kamu penuhi adl seruan Tuhan yg telah mmberimu buk kenikmatan yg sejak azali selalu mengingatmu dan tdk pernah melupakanmu sesaat pun. bukankah Dia yg dlm keabadian-Nya mengkhususkanmu dg keyakinan thd yg gaib? bukankah dia yg telah menyerumu utk meraih surga-Nya dan kemuliaan-Nya? dan utk menikmati kelembutan kebijaksanaan-Nya dan kesempurnaan nikmat-Nya? Sesungguhnya musuhmu menghendaki terputusnya hubunganmu dg Allah, Tuhan dan Tuanmu. ia telah memasang byk perangkap yg dpt menjeratmu dlm dosa dan menjatuhkan citramu sbg hamba-Nya. di antara perangkap itu adalah prasangka yg buruk, cepat menyerah dan putus asa, keragu-raguan dlm keimanan. tipu dayanya sangat lihai dan jerat2nya sangat halus dan kuat sehingga ketika ia menipu dan menjeratmu, kamu tdk merasakan bhw kamu dlm tawanannya. dan kamu pun tidak merasa telah melakukan kesalahan dan dosa."Allah SWT. berfirman, "(Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah dan setan telah menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan) yang benar (sehingga mereka tidak dapat petunjuk) (QS. An-Naml : 24) Dan (juga) kaum `Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam. (QS. Al-Ankabut : 38).

"Ketahuilah musuhmu ingin menjauhkanmu dari kedekatan dg Allah, pahala yg byk dan nikmat-Nya yg utama. ia memberi keraguan dlm dadamu, menghilangkan ketenangan dlm jiwamu dan menciptakan kebingungan dlm hatimu. ia telah mencabut kesabaranmu dan menggantinya dg kegelisahan. ia telah merebut keridhoanmu atas keputusan-Nya dan menggantikan kebencian kepada-Nya. ia telah melemahkan ketekunanmu dlm beribadah kepada-Nya dan mengganti dg kemalasan".

"Musuhmu telah menghalangimu utk memperoleh keyakinan dan keteguhan dlm jaminan rezeki, kecukupan dan perlindungan Allah karena keimananmu dan ketaatanmu kepada-Nya. ia telah mengajarimu kekikiran, menakut-nakutimu dg kefakiran dan panjang angan2, berburuk sangka thd janji Tuhan dan melemahkan niatmu. ia telah merusak ketetapan2 hatimu, menunda-nunda keinginanmu utk bertobat, menghalangimu dari menyambut seruan Tuhan, dan ingin menjatuhkanmu di sisi Pencptamu Yg Maha Suci lagi Maha Tinggi."

Syekh Al-Muhasibi : mungkinkah seseorang menerima ajakan orang yg membencinya dan menaati orang yg akan membinasakannya?" Gurunya: mungkin, sebab seseorang terkadang tdk cermat dlm meneliti sikap keberagamaannya. ia memahami pokok2 agama, tetapi tergelincir krn meremehkan hal2 kecil yg diutamakan oleh agama. disebabkan oleh kelalaiannya, ia bisa saja menentang hal2 yg prinsip dlm agama, dan disebabkan oleh pengetahuannya yg dangkal, ia dpt saja tdk mengetahui kebenaran sejati. ktk berada dlm keimanan yg kuat, seseorang mungkin akan membenci musuhnya dan meyakini kejahatannya. pd waktu itu, ia tdk akan menerima ajakannya, namun ketika ia lalai, hal sebaliknya dpt saja terjadi. "Ingatlah musuh2 jiwa (nafsu dan setan) akan selalu membujukmu dan merayumu. mereka akan mendatangimu sambil menunjukkan bukti bhw melakukan kesalahan2 ringan tdk berbahaya. mereka juga meyakinkanmu bhw mengikuti ajakan dan seruannya tdk membahayakan. lalu hawa nafsumu tertarik utk mengikuti bujuk rayunya. Ingatlah di saat rayuan musuhmu telah kamu turuti, kamu akan terbiasa melakukan dosa2, lalu kamu akan meremehkan agama dan akhirnya kamu akan menjadi tawanan musuhmu selamanya. pd waktu itu matamu akan buta dari melihat kearifan, dan telingamu akan tuli dari mendengar kebenaran. kamu akan menjadi abdi setan krn telah mematuhi semua ajakannya. "oleh karena itu enyahkanlah musuhmu; carilah jalan keselamatan dg senantiasa melawannya dlm semua keadaan. Rayuan, godaan, dan bujukan singkirkanlah! waspadalah terhadap semua tipu dayanya. kemudian berpegang teguhlah pada kewaro'an."
Imam dan sekarang masuk bab 5 dengan bahasan "Waro' "

Syekh al-Muhasibi : apa makna waro'?
Gurunya : "Waro' ialah penyelidikan yg dilakukan oleh hati ketika hendak mengerjakan suatu perbuatan sehingga ia dpt membedakan antara yg hak dan yg bathil"

Syekh al-Muhasibi : adakah jawaban lain?
Gurunya : Ya, menghilangkan apa yg meresahkan hati dan meninggalkan apa yg diragukannya

Syekh al-Muhasibi : Mohon dijelaskan kembali maksud ucapan anda tadi?
Gurunya : Hakikat waro' adalah meninggalkan apa yg meragukanmu dan melakukan apa yg meyakinkanmu

Syekh al-Muhasibi : Dari mana sumber waro' itu?
Gurunya : Waro' bersumber dari rasa takut (murka Allah)

Syekh al-Muhasibi : Apa tanda waro' itu?
Gurunya : Meninggalkan penyakit2 hati dan menyelidiki sebab2 yg menimbulkannya

Syekh al-Muhasibi : Apa yg menguatkan seseorang utk berbuat waro'?
Gurunya : Takut kepada-Nya. jika takut telah tertanam dlm hatinya, ia akan berbuat waro', yaitu bersikap hati-hati agar perbuatannya tdk menimbulkan dampak negatif

Syekh al-Muhasibi : Keadaan apakah yg menambah rasa takut kepada-Nya?
Gurunya : Mengetahui kesaksian hati pd kemurkaan Allah dan siksaan-Nya

Syekh al-Muhasibi : Lalu, apa lagi yg dpt menambahnya ?
Gurunya : wahai pemuda, pengetahuan waro' itu bersumber dari makrifat, oleh karena itu, keutamaan waro' bergantung kpd seberapa besar rasa takut yg bersemayam di dlm jiwa seseorang dan seberapa luas pengetahuan yg dimiliki hatinya. dan waro' itu sesuai dg kadar kobaran rasa takutnya

Syekh al-Muhasibi : Hal apa yg dpt melemahkan sikap waro' ?
Gurunya : Kecenderungan kpd dunia, ketamakan, dan hasrat utk menguasainya. padahal tdk akan merugi orang yg kehilangan dunia

Syekh al-Muhasibi : apa derajat paling tinggi yg dicapai oleh orang waro' ?
Gurunya : Derajat waro' yg paling tinggi adalah awal derajat kezuhudan
Sumber:
http://www.putrajagatonline.blogspot.com
http://www.tipskom.co.cc/2009/09/al-muhasibi-pandangan-tasawufnya.html
http://www.alfurqon.or.id/component/content/article/356-nasehat-nasehat-al-harits-al-muhasib
http://www.facebook.com/topic.php?uid=152606826624&topic=11918i

2 komentar:

  1. Ulasan yang bagus.
    Tengok juga buku terbitan Serambi berjudul " the Wisdom of Al Harits Al Muhasibi - 91 kiat menikmati ibadah dan hidup penuh anugerah"

    BalasHapus
  2. INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT







    INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT





    INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT

    BalasHapus